Monday, December 31, 2018

2018-KU

December 31, 2018 0 Comments
Ketika 2017 baru akan berakhir, aku menulis resolusi tahun 2018. Di penghujung tahun 2018 ini, sama seperti akhir tahun-tahun sebelumnya, aku merasa I did nothing throughout the year.

Ada buanyak resolusi (termasuk belajar nyetir mobil yang bhay nggak dimulai sama sekali L). Salah satu resolusi terbesar sekaligus kegagalan ternyesek adalah beasiswa kuliah S2. Akhir tahun 2017 udah mulai les IELTS (iya setidak pede itu meskipun lulusan jurusan bahasa inggris). Tapi nggak berani langsung ambil tes. Awal tahun coba beasiswa penuh yang ditawarkan pemerintah luar negeri yang membolehkan nilai IELTS nanti belakangan atau boleh pakai TOEFL ITP. Gagal lah. LOL. 

Setelahnya, aku coba beasiswa yang ditawarkan pemerintah sendiri. Aku mulai menyiapkan berkas yang dibutuhkan termasuk menulis esai. Waktu itu sempat tanya tanya dengan orang yang pernah ikut di balik layar seleksi beasiswa tersebut. Setelah diskusi panjang, langsung hmmm ya ampun ternyata esaiku banyak cacatnya. Long story short, aku ambil IELTS dan hasilnya keluar di hari yang sama dengan deadline beasiswa. IELTS oke. Tes kesehatan pun oke. Sebelumnya sempet parno karena ada masalah dengan pencernaan. Lolos seleksi administrasi. Tahap selanjutnya adalah Tes Potensi Akademik yang menggagalkanku ke tahap selanjutnya. Sedih? Ya iyalah, cuy. Rasanya gini ya udah bermimpi yang waaaw eh tapi nggak kesampaian.

Every cloud always has a silver lining. But, let’s be honest that it hurts. Aku seneng karena ada temenku yang akhirnya akan berangkat kuliah tahun depan. But let’s be honest, it hurts. Not that I am not happy for my friend. No. It just simply hurts.

Lalu, habis gagal timbulah penyesalan. Coba kalau aku persiapan dari kuliah. Coba dulu aku nggak mikir dua kali buat ikut kegiatan ini itu yang lebih bermanfaat. Coba aku belajar TPA lebih giat. Coba aku ini itu. Ya karena ternyata gagal meraih sesuatu yang kita pengen banget banget itu nyeseknya lebih nyesek dari apapun. Saat itu, aku tidak mencoba bahagia, ya karena memang nggak bahagia rasanya. I cried. I screamed. I mourned. I let myself grieve for a moment.  

Entah kenapa tahun 2018 banyak perasaan nggak enaknya. Yang sebenernya dibentuk oleh diri sendiri. Pertama, nggak enak karena merasa tidak ada apa-apanya dibanding teman-teman seumuranku yang waaaw update kerjaan di tempat yang cool. Kedua, nggak enak karena tiap ketemu keluarga besar kok rasanya aku gini gini aja, mengingat sebagian besar keluargaku pada sukses huhuhu. Ketiga, nggak enak karena selalu ditanyain gimana mau kuliah enggak dan w nggak bisa jelasin panjang lebar karena males dan complicated aja rasanya. Dan banyak lagi. Again, perasaan itu ada karena aku sendiri yang ciptain.

Tahun 2018 ini sempat kepikiran pindah kerja tapi masih galau. Jadinya ya udah masih di kerjaan lama. Kadang aku merasa kurang. Mau beli ini, kurang. Mau nabung, kurang. Buuut, I feel happy. Aku senang bekerja dengan orang-orang di tempat kerjaku. Aku senang masih bisa pulang ke rumah hampir setiap akhir pekan. Aku senang bisa punya waktu untuk orang-orang terdekatku. Aku senang masih bisa bangun tanpa terburu-buru takut macet atau ketinggalan kendaraan. Aku senang masih bisa melakukan hobi lama dan mencoba hobi baru. Aku senang masih bisa jagong hahaha. Aku senang karena tiap hari bisa marah-marah ke siswa *eh.

Ngomongin hal yang nggak terlaksana di tahun ini mah nggak ada habisnya. Iya, sampai lupa terima kasih sama diri sendiri. Terima kasih karena sudah berani mencoba. Selama ini aku cuma bayangin gimana rasanya bisa dapat beasiswa kuliah S2 yang jauh gitu. Ya setidaknya aku sudah berani menjalani setapak setapak tahap seleksinya. Memang kurang saja usahanya. Aku juga berterima kasih karena tidak kehilangan sahabat-sahabat. Aku mungkin kenal beberapa orang, tapi punya sahabat? S e d i k i t  banget. Meskipun ada dari mereka yang jauh secara jarak, tapi kami masih hahahihi dengan bantuan gawai. Itu sebuah pencapaian. Kadang aku merasa yaaaudah kalau udah nggak pernah ngobrol juga. Hehehehe.

Daaan, terima kasih kepada diriku sendiri yang mau terbuka sama orang ini. Yes, you. The person whom I can’t describe. You’re just too good to be true, xxx.

Yang terakhir, terima kasih kepada diriku sendiri yang selalu mengingatkanku untuk menulis. Akhir-akhir ini aku nggak tau kenapa mager banget rasanya buat nulis. Lihat aja judul postingan ini. Bzzz. Tulisan ini pun setelah kubaca ulang rasanya kurang... Ya sudah tidak apa-apa. Memulai lagi pasti ada susahnya.

I thank myself for keeping me sane, really.

Friday, August 17, 2018

ARE YOU A PROUD LONER?

August 17, 2018 0 Comments


"I am a loner" my student told me about what kind of person he is. 

It was in my interview class. Knowing his answer, I began to question his choice to be a waiter. Shouldn't a waiter like to meet new people? He must be (very) friendly and nice to the guests. Shouldn't a waiter have no problem on socializing with other people?

"I prefer being with myself and doing everything alone" he added.

I was wondering at that moment. But then, I realized that being a loner is not a danger.

Back then, I was a loner too. I could not get along with many people. I got few friends. I was considered as an arrogant and annoying person (the latter remains tho, lol). Even I have ever been forced by my close family members to hang out with people I was not really comfortable. Is it such a wrong conduct? Am I an antisocial person?

I was worried how if I should teach. When the time came, it was not bad. Being an introvert does not mean I cannot have a profession which needs to interact with people. What I need is to accept myself. I am not that teacher. I am myself.

Day by day, I started to figure out what kind of person I am. Well, I am still a loner, but I know how to deal with myself better. Things I like to do alone is go shopping, writw, read, and watch movies.

I do not force myself to have many friends to hang out with. Instead, I surround myself with few friends and try to have deeper friendships. Don't worry. I can hang out with many friends. But, I can only share my stories to some of them. 

All in all, social withdrawal/unsociability/introverts/loner/you-name-it can be beneficial as long as you have regular social contact. 
The benefits are 
✅having more space to be creative and reflective
✅being a great listener
✅having fewer but stronger relationship

So, cheer up, loners.

Source: http://www.bbc.com/future/story/20180228-there-are-benefits-to-being-antisocial-or-a-loner

https://clip2art.com/images/alone-clipart-black-and-white-9.jpg



Thursday, July 19, 2018

DO YOU KNOW?

July 19, 2018 0 Comments
Do you know...
how many nights I've spent dreaming of us sitting on a bench and talking nonsense?
how many papers I've used to write about you?
how many times I've smiled like crazy?
No, you don't know.
You don't need to.
All you need to hear is,
"I love you"

BATTLE

July 19, 2018 0 Comments



Is it possible that I win the battle?
Between fear and desire
I want you, my dear ❤

picture: https://clipground.com/image-post/82959-yes-no-battle-clipart-8.jpg.html#1